Judul : Sains dan Teknologi Islami
Penulis : Dr. Akhmad Alim, M.A.
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya
Cetakan : Pertama, 2014.
Tebal : 138 halaman
ISBN : 978-979-692-583-4
Permasalahan itulah
yang kemudian diangkat oleh Akhmad Alim dalam bukunya Sains dan Teknologi Islami. Buku dengan tebal 138 halaman ini
menguraikan bahwa untuk menjadi ilmuwan, seorang Muslim tidak perlu mengabaikan
Agama. Bahkan seorang muslim dituntut agar menjadikan Agama sebagai dasar acuan
segala ilmu pengetahuan.
Buku ini terdiri dari 15
bab. Secara umum, buku ini membahas tiga hal; Ilmu, Adab, dan Islamisasi.
Ketiga hal ini perlu dikaji oleh seorang Muslim mengingat ketiganya ialah pokok
peradaban Islam. Dalam sejarahnya, Islam
mengabadikan ribuan ulama yang memiliki sifat-sifat ilmuwan yang sermpurna. Ibn
Sina selain mempelajari al-Quran dan ilmu-ilmu agama yang lain, ia juga
mempelajari filsafat, ilmu kedokteran, mantiq, dan sebagainya. Al-Khawarizmi,
selain memahami ilmu, agama, ia juga memahami ilmu matematika dengan baik.
Agama menjadikannya berkreasi untuk melakukan terobosan-terobosan kreatif yang
hasilnya bias dinikmati oleh seluruh umat manusia. (halaman 22)
Akhmad Alim juga
menjelaskan bahwa, ilmu dan adab dalam Islam saling terintegrasi, saling
menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Keduanya ibarat sebuah koin yang
tak terpisahkan, di mana kebermaknaan
yang satu tergantung pada yang lainnya. Ilmu tanpa adab ibarat pohon tanpa
buah, adab tanpa ilmu ibarat orang yang berjalan tanpa petunjuk arah. Dengan
demikian ilmu dan adab harus bersinergi, tidak boleh dipisah-pisahkan. Berilmu
tanpa adab adalah dimurkai atau al-maghdhubi
alaihim, sementara beradab tanpa ilmu adalah kesesatan atau al-Dhallin (halaman 36).
Pentingnya adab dan
ilmu dalam tradisi intelektual Islam dapat dijumpai dengan lahirnya berbagai
karya abadi. Dengan kajian yang mendalam dan komprehensif misalnya kita dapat
jumpai Imam Al-Bukhari (194-256 H) menulis tentang Adab Al-Mufrad; Ibn Sahnun (202-256 H) menulis Risalah Adab Al-Mua’llimin; Al-Rummani (w.384 H)
menulis tentang Adab Al-Jadal, dan
lain-lain. Dari kajian tersebut, kita juga bisa menyimpulkan bahwa adab
memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan. Tanpa adab, dunia pendidikan
berjalan tanpa roh dan makna (halaman 39).
Selain itu, Akhmad
Alim, pria kelahiran Rembang ini juga menjelaskan pentingnya Islamisasi.
Islamisasi yang dimaksud di sini adalah mengislamkan ilmu pengetahuan Barat,
modern, dan kontemporer, tidak termasuk turast Islami (halaman 69).
Islamisasi
ilmu bukanlah pekerjaan mudah seperti labelisasi. Sebab tidak semua ilmu
pengetahuan dari barat berarti ditolak, karena ada beberapa persamaan dengan
Islam. Oleh sebab itu, seseorang yang mengislamkan ilmu, perlu memenuhi
prasyarat, yaitu ia harus mampu mengidentifikasi pandangan hidup Islam (The Islamic Worldview) sekaligus mampu
memahami peradaban Barat (halaman 70).
Pandangan hidup Islam
tentu saja tidak berdasarkan kepada metode dikotomi seperti objektif dan
subjektif, historis dan normatif. Namun realitas dan kebenaran dipahami dengan
metode menyatukan (Tauhid). Pandangan hidup Islam bersumber kepada wahyu yang
didukung oleh akal dan intuisi (halaman 72).
Inti dari Islamisasi
ilmu akan sampai pada kesimpulan bahwa pandangan hidup islam mencakup dunia dan
akhirat. Aspek dunia harus dihubungkan dengan cara yang sangat mendalam kepada
aspek akhirat yang memiliki signifikansi yang terakhir dan final.
Sebagai cita-cita
seorang muslim dalam membangun peradaban, buku ini sangat layak dibaca. Dengan
membaca buku ini, seseorang diharapkan mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang
ia miliki dengan al-Quran dan Sunnah. Sebab jangan sampai seorang muslim yang
berwawasan luas yang tak ditopang dengan iman menjadi sekuler, bahkan berujung
atheis.
Kalau dari segi isi, resensi ini selayaknya yang termuat di media-media cetak. Ditunggu resensi buku lainnya, ya.
BalasHapus