Cari Blog Ini

Sabtu, 27 Juni 2015

Menjadi Saintis Muslim



Judul : Sains dan Teknologi Islami
Penulis : Dr. Akhmad Alim, M.A.
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya
Cetakan : Pertama, 2014.
Tebal : 138 halaman
ISBN : 978-979-692-583-4 

Sains dan teknologi merupakan dua elemen penting dalam aspek kehidupan. Keduanya tak dapat dipisahkan. Suatu Negara dikatakan maju, apabila kedua hal tersebut telah memenuhi kebutuhan Negara. Namun, seringkali para ilmuwan mengabaikan alam metafisika atau yang berkaitan dengan hal-hal gaib dalam melakukan temuan. Alhasil, Agama tidak lagi diperlukan. Segala yang tidak rasional cukup disimpan dalam laci. 


Permasalahan itulah yang kemudian diangkat oleh Akhmad Alim dalam bukunya Sains dan Teknologi Islami. Buku dengan tebal 138 halaman ini menguraikan bahwa untuk menjadi ilmuwan, seorang Muslim tidak perlu mengabaikan Agama. Bahkan seorang muslim dituntut agar menjadikan Agama sebagai dasar acuan segala ilmu pengetahuan. 
  
Buku ini terdiri dari 15 bab. Secara umum, buku ini membahas tiga hal; Ilmu, Adab, dan Islamisasi. Ketiga hal ini perlu dikaji oleh seorang Muslim mengingat ketiganya ialah pokok peradaban Islam.  Dalam sejarahnya, Islam mengabadikan ribuan ulama yang memiliki sifat-sifat ilmuwan yang sermpurna. Ibn Sina selain mempelajari al-Quran dan ilmu-ilmu agama yang lain, ia juga mempelajari filsafat, ilmu kedokteran, mantiq, dan sebagainya. Al-Khawarizmi, selain memahami ilmu, agama, ia juga memahami ilmu matematika dengan baik. Agama menjadikannya berkreasi untuk melakukan terobosan-terobosan kreatif yang hasilnya bias dinikmati oleh seluruh umat manusia. (halaman 22)

Akhmad Alim juga menjelaskan bahwa, ilmu dan adab dalam Islam saling terintegrasi, saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Keduanya ibarat sebuah koin yang tak  terpisahkan, di mana kebermaknaan yang satu tergantung pada yang lainnya. Ilmu tanpa adab ibarat pohon tanpa buah, adab tanpa ilmu ibarat orang yang berjalan tanpa petunjuk arah. Dengan demikian ilmu dan adab harus bersinergi, tidak boleh dipisah-pisahkan. Berilmu tanpa adab adalah dimurkai atau al-maghdhubi alaihim, sementara beradab tanpa ilmu adalah kesesatan atau al-Dhallin (halaman 36). 

Pentingnya adab dan ilmu dalam tradisi intelektual Islam dapat dijumpai dengan lahirnya berbagai karya abadi. Dengan kajian yang mendalam dan komprehensif misalnya kita dapat jumpai Imam Al-Bukhari (194-256 H) menulis tentang Adab Al-Mufrad; Ibn Sahnun (202-256 H) menulis Risalah Adab Al-Mua’llimin; Al-Rummani (w.384 H) menulis tentang Adab Al-Jadal, dan lain-lain. Dari kajian tersebut, kita juga bisa menyimpulkan bahwa adab memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan. Tanpa adab, dunia pendidikan berjalan tanpa roh dan makna (halaman 39).

Selain itu, Akhmad Alim, pria kelahiran Rembang ini juga menjelaskan pentingnya Islamisasi. Islamisasi yang dimaksud di sini adalah mengislamkan ilmu pengetahuan Barat, modern, dan kontemporer, tidak termasuk turast Islami (halaman 69). 

Islamisasi ilmu bukanlah pekerjaan mudah seperti labelisasi. Sebab tidak semua ilmu pengetahuan dari barat berarti ditolak, karena ada beberapa persamaan dengan Islam. Oleh sebab itu, seseorang yang mengislamkan ilmu, perlu memenuhi prasyarat, yaitu ia harus mampu mengidentifikasi pandangan hidup Islam (The Islamic Worldview) sekaligus mampu memahami peradaban Barat (halaman 70). 

Pandangan hidup Islam tentu saja tidak berdasarkan kepada metode dikotomi seperti objektif dan subjektif, historis dan normatif. Namun realitas dan kebenaran dipahami dengan metode menyatukan (Tauhid). Pandangan hidup Islam bersumber kepada wahyu yang didukung oleh akal dan intuisi (halaman 72).

Inti dari Islamisasi ilmu akan sampai pada kesimpulan bahwa pandangan hidup islam mencakup dunia dan akhirat. Aspek dunia harus dihubungkan dengan cara yang sangat mendalam kepada aspek akhirat yang memiliki signifikansi yang terakhir dan final. 

Sebagai cita-cita seorang muslim dalam membangun peradaban, buku ini sangat layak dibaca. Dengan membaca buku ini, seseorang diharapkan mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang ia miliki dengan al-Quran dan Sunnah. Sebab jangan sampai seorang muslim yang berwawasan luas yang tak ditopang dengan iman menjadi sekuler, bahkan berujung atheis.  

1 komentar:

  1. Kalau dari segi isi, resensi ini selayaknya yang termuat di media-media cetak. Ditunggu resensi buku lainnya, ya.

    BalasHapus

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.