Cari Blog Ini

Minggu, 01 Februari 2015

Batu

Bulan lalu, teman saya Wahyu menghampiri. "Ndak mauko beli batu?" ucapnya tiba-tiba. Tiba-tiba tawa saya keluar begitu saja. Sebab saya agak gimana gitu (sulit membahasakannnya) lihat fenomena batu sekarang. Mungkin karena terlalu banyak menikmati lelucon mengenai batu, akhirnya saya ketawa. Salah satu lelucon yang saya ingat yakni tentang seseorang apabila ayahnya belum pulang kerumah, maka pergilah ke tempat jual batu. Asli, saya langsung ketawa mendengar lelucon itu. Di beberapa Meme dan Komik di Indonesia juga banyak yang menjadikan batu sebagai objek lelucon mereka.

Tapi, kalau ditelisik batu dari berbagai sudut pandang, ternyata banyak juga pengaruhnya terhadap masyarakat. Jika ditinjau dari ekonomi, manfaat batu sangat dirasakan bagi para penjual batu. Harganya yang berkisar ratusan ribu hingga puluhan juta membuat banyak orang yang beralih profesi. Apalagi jika batu tersebut dipacilla' (dikilapkan) dan batu tersebut bening. Makin banyak lah yang tertarik. Di Enrekang, ada anak SMP yang meraup lima juta rupiah hanya karena menjual batu sisik naga (Kompas.com). Hebat kan? Lumayan lah, bisa membantu keluarga.

Bagi para konsumen, jangan asal beli juga. Jangan boros. Jangan sampai, kita mempunyai batu bejibun dirumah, tapi daya beli bahan-bahan pokok untuk kebutuhan keluarga tidak diperhatikan. Ingat anak yang butuh susu dan uang sekolah. Dan jangan lupa istri yang nagih gaji bulanannya. Jangan sampai gajinya dipakai beli batu lagi. Grrr.

Yang menarik, ketika kemarin saya stalking gambar twitter dari Pak Walikota Padang, H. Mahyeldi (@MahyeldiPadang). Disitu ia mengupload kartu anggota Komunitas Batu Akik Mulia. Sejenak saya berpikir, "Oh, ada juga yah ternyata komunitasnya." Ternyata batu pun bisa menjadi sarana persaudaraan. 

Terlepas dari itu semua, jangan sampai ada yang mempercayakan batu sebagai jimat atau semacamnya. Datangkan rezeki lah, menolak bala lah, pokoknya jangan sampai. Sebab yang mendatangkan rezeki hanyalah Allah. Dan hanya kepada-Nya pula lah kita wajib percaya. Bukan kepada batu. 

0 komentar:

Posting Komentar

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.