Cari Blog Ini

Kamis, 20 Desember 2012

Sepeda

Sepeda. Ada banyak hal yang telah saya alami dengan kendaraan roda dua ini. Ada yang baik, dan ada juga yang tidak baik.

Saya mempunyai sepeda sewaktu saya masih SD. Sepeda itu hasil dari beasiswa yang saya terima. Mereknya Tiger. Berwarna ungu dan dilengkapi dengan warna kuning dipernya. Sesuai dengan mereknya yang bernama Tiger, sepeda saya kadang melincah layaknya Tiger. 

Ada banyak hal yang saya alami dengan sepeda Tiger saya ini. 

Saat masih di Palu, tepatnya di Buol, sepeda itu selalu menemani saya setiap sore dipelabuhan. Kebetulan dibelakang rumah saya adalah laut biru. Sampai suatu ketika, kecelakaan menimpa saya. Sepeda yang aku tumpangi menabrak kendaraan yang lain. "Aaarrgghh !!" Teriak saya waktu itu. Saya jatuh. Tangan kiri saya terputar. Teman-teman saya lari beriringan seolah ingin mengerumuni saya. Alhasil, tangan kiri saya tak bisa lurus. Dan hingga sekarang masih tak bisa lurus. Cukup banyak yang tidak mengetahui tentang tangan kiri saya. Tapi, cukup banyak juga yang tahu dan langsung heran dengan tangan kiri saya. Tapi mengetahui kisah dibalik tangan kiri saya yang hanya berawal dari sebuah sepeda sangatlah berhikmah. Kalau kecelakaan bisa datang meskipun dari sebuah sepeda.

Memasuki SMP, saya sudah menetap di Makassar. Sepeda lincah ini masih menemani saya. Saya pergi kesekolah dengan sepeda ini selama kurang lebih setahun. Selain jatuh digot, membonceng teman, dan bertemu teman baru. Sepeda ini punya satu cerita yang tak bisa saya lupakan. Saya ingat sewaktu SMP, saya pernah menangis gara-gara sepeda ini. Saat itu, sekolah memang sudah sepi. Namun saya belum pulang. Sepertinya saat itu saya sedang asyik bermain dengan teman saya. Saat saya pulang, tiba-tiba saya kaget. Sepeda saya hilang. Kecengengan saya kembali nampak. Sampai pada akhirnya saya melihat sepeda saya bersama dengan sepeda-sepeda yang lain tengah menumpuk diruangan satpam yang terkunci. "Ka jammoko nangis," Kata teman saya waktu itu. Hahaha....

Memasuki kuliah. Saya tak naik sepeda. Sepeda lincah saya diberikan orang tanpa pemberitahuan. Namun, saya mempunyai sepeda -yang mungkin bukan sepeda saya- lagi. Kali ini sepeda yang biasa saya kendarai rodanya lebih besar. Tak lincah seperti sepeda saya yang dulu. Hanya satu kelebihan yang saya cerna dari sepeda yang baru ini. Ketenangannya. Sepeda ini kadang saya kendarai setiap selesai sholat subuh. Tapi kedatangan sepeda yang baru tak akan bisa melupakan kenangan-kenangan sepeda yang lama. Mungkin seperti itu juga kehidupan.

Desember, 2012

1 komentar:

  1. Sepatu. Ada banyak hal yang telah saya alami dengan alas kakiku ini. Ada yang baik, dan ada juga yang tidak baik. Saya mempunyai sepatu sewaktu saya masih SMP. Sepatu itu hasil dari ranking 1 ketika semestr pertm.
    Mereknya Puma. Berwarna hitam dan dilengkapi dengan warna abu-abu di sisinya. Sesuai dengan mereknya yang bernama puma, sepatu saya kadang melincah layaknya Puma. Ada banyak hal yang saya alami dengan sepatu Puma saya ini. Saat masih SMP, tepatnya di Handayani, sepatu itu selalu
    menemani saya setiap pagi sampai siang. Kebetulan
    sekolah saya adalah 4km dr rumah. Sampai suatu
    ketika, kecelakaan menimpa saya. Sepatu itupun pun robek krn brjalan 2 x 4km x 1tahun sy memakainy
    "Hufft !!" Teriak saya waktu itu. Saya ksaktn. Kelingking kaki saya menghitam. Teman-teman saya prihatin melihat saya. Sepatu it tak muat lg d kaki sy yg smkn membsar. Alhasil, Kelingkng saya borok. Dan hingga sekarang nampak bekas lukany. Cukup banyak yang tidak mengetahui tentang kelingking saya. Tapi mengetahui kisah dibalik kelinkng saya yang hanya berawal dari sebuah sepatu sangatlah berhikmah. Kalau kecelakaan bisa datang
    meskipun dari sebuah sepatu. Memasuki SMA, saya sekolah di SMA Jl. Veteran
    Sepatu lincah itu tdk menemani saya lg. Saya pergi
    kesekolah 3km dengan sepatu lain selama kurang lebih
    setahun. Selain jatuh di genangan air dan dipinjam teman, Sepatu yg ini juga punya satu cerita yang tak bisa saya lupakan. Saya ingat sewaktu SMA, saya pernah menggerutu gara-gara sepatu ini. Saat itu,
    jam olahrg selesai otmats ganti seragam trmsuk sepatu. Saat selesai gant pakaian, tiba-tiba saya kaget. Sepatu saya hilang. Sampai pada akhirnya saya melihat sepatu saya bersama dengan sepatu2 yang lain tengah
    tergeletak acak dilpngn, ulah teman yg nakal. "Ka
    jammoko marah," Kata teman saya waktu itu.
    Hahaha.... Memasuki kerja. Saya tak pake sepatu lg. Sepatu lincah
    saya aus dimakan wakt. Namun,
    saya mempunyai sepatu -yang lain lagi. Kali ini septu saya lebih bagus dan lbh lincah dr sepatu
    saya yang dulu. Hanya satu kelebihan yang saya cerna dari sepatu yang baru ini. Kekuatanny. Sepeda ini slalu saya kendarai setiap jalan2 subuh. Tapi kedatangan sepatu yang baru tak akan
    bisa melupakan kenangan-kenangan 2 sepatu yang
    lama. Mungkin seperti itu juga kehidupan.

    BalasHapus

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.