*****
6 Mei 2013. Hotel Grand Palace Makassar. Pukul 17:03.
"Ih, Yayat. Mendaftarki dulu. Bermalam ji toh?" tanya Ibu -yang entah siapa namanya. Yang kutahu, ia adalah teman Ibuku.
"Iye," jawabku sopan. Kusimpan hpku dalam kantong celana.
Selang beberapa menit kemudian, Ibu Erny (semoga namanya gak salah) menyuruhku mendaftar. Sambil mengisi formulir, ia bertanya tentang perkuliahan. "Sudah semester berapa, Yat?" Pertanyaan umum yang sering kudapat itu terlontar lagi. Sama seperti jawaban terdahulu, "Masih semester 6, Bu." Dan kemudian hening ....
Setelah selesai mengisi formulir, barulah aku mendapat kunci kamar. Kamar yang aku dapat bernomor 220. Jangan bayangkan kunci kamar hotel seperti kunci kamar rumahan. Kunci kamar hotel di Grand Palace bentuknya seperti kartu kredit/timezone. Warnanya putih. Membuka pintunya pun mudah. Tinggal diselip pada lubang yang berbentuk celengan -yang ada pada pintu- sampai lampu hijau menyala. Kalau lampunya berwarna merah, artinya gagal. Dikamar 220, ada 3 kasur, namun hanya 2 kasur yang berselimut. Oh iya, hampir lupa. Selain kamar 220, aku juga dapat baju pelatihan.
6 Mei 2013. Hotel Grand Palace Makassar. Pukul 20:00.
Setelah selesai menunaikan kewajiban, dan mengisi perut, aku kembali kekamar. Teringat akan beberapa tahun lalu ketika berada di Hotel Grand Palace. Dulu, ketika tak ada kegiatan dalam kamar, aku membuat video. Sayang, karena tak ada kamera digital, akhirnya kegiatan tersebut ditiadakan.
Seketika, bel berbunyi. Tanda ada orang yang akan masuk. Dan betul dugaanku. Teman sekamarku it bernama Bams. Cara bicaranya agak cepat. Kadang, aku tak bisa menanggap dengan jelas apa yang dikatakannya.
Mengenai teman sekamar, sebenarnya ada 3 orang. Namun, teman yang bernama Pak Zainal tak bisa bermalam. Alasannya, karena ada rumah baru yang hendak diurus.
*****
7 Mei 2013. Hotel Grand Palace Makassar. Pukul 09:00.
Suasana masih sepi di ruang pelatihan. Beberapa kursi masih menunggu. Melangkah aku ke tempat duduk barisan kedua. Tiba-tiba datang 3 orang wanita.
"Disitu mki deh," kata wanita berkerudung kuning sambil menunjuk mejaku. Dalam setiap meja, terdapat 4 kursi. Jadi, ketika 3 wanita itu duduk, 3 kursi disampingku otomatis full. 2 diantara mereka pernah kulihat. Namun, nama mereka masih samar-samar. Tak ada suara ketika mereka duduk.
Sampai pada akhirnya, wanita berkerudung merah membuka pembicaraan.
"Dari Tagana manaki?" Pertanyaannya membuat seseorang yang disampingnya mengalihkan pandangan kepadaku.
"Dari utusan provinsi," jawabku sambil mengatur bahasa tubuh.
Dari pembicaraan itu, akhirnya kukenal mereka semua. Yang disampingku bernama Desta. Disamping Desta ada Dhilla. Dan disamping Dhilla ada Fira. Mereka berasal dari kampus -yang juga kampusku-, UIN Alauddin Makassar.
7 Mei 2013. Hotel Grand Palace Makassar. Pukul 13:00.
"Disini mko duduk, Yat," tawar Desta. Aku tak mengiyakan. Aku duduk dibaris kedua lagi. Pembicaraan kembali berlanjut. Sepertinya Dhilla, Desta dan Fira sudah mulai akrab. Candaan mulai bermekar.
"Yat, ada miripmu sama orang dekat rumah,"
"Pasti gagah itu orang dekat rumahmu toh?"
"Ih.... pedenya ....," potong Dhilla sambil tertawa. Fira pun senyam senyum gaje.
*****
8 Mei 2013. Hotel Grand Palace Makassar - Pantai Anging Mamiri. Pukul 07:00.
Pagi mulai tampak. Sinyal bagi kami untuk bersiap-siap. Kupakai training dan sepatu olahragaku. Di ruang lobby, teman-teman TAGANA sudah menanti mobil yang akan mengantarkan kami ke Pantai Anging Mamiri. Ada juga yang mengendarai motor.
Begitu mobil datang, kami pun meluncur.
Petualangan baru saja dimulai tatkala kami sampai di Pantai Anging Mamiri. Kami mencari teman sekelompok.
Dirintangan pertama, kami menyusun perahu karet. Rintangan ini masih muda. Karena hanya mengandalkan kaki untuk memompa perahu karet. Rintangan kedua dan ketiga pun demikian. Hanya memanjat dan merayap.
Wajah-wajah lesu tampak dirintangan keempat. Dirintangan keempat inilah kami bertemu yang namanya laut.
"Tiduuuuurr!" kata instrukturnya. Kami pun tidur dengan berbantalkan pasir pantai. "Guling ke kanan!" perintahnya lagi sehingga baju kami kotor. Dan memang harus kotor.
Selang beberapa menit kemudian, kami disuruh cebur kelaut lagi. Setelah itu naik kedaratan, push up dan tidur dan kemudian guling lagi. Betapa capeknya kami waktu itu.
Perjalanan belum usai. Instruktur menyuruh kami memakai pelampung dan membawa perahu karet ketengah laut. "Untung ji ada pelampung, kalau tidak ada, pasti tallang (tenggelam)" pikirku. Bagaimana tidak. Aku tidak tahu berenang.
Kami membawa perahu ketengah laut. Sudah kurasakan kalau kakiku tak lagi menyentuh tanah. "Weh, dalam mi," ujar teman.
Aku berusaha naik perahu karet. Namun, kemampuanku berbicara lain. Ternyata naik perahunya susah. Kuperhatikan instruktur menjelaskan cara menaiki perahu. Dan setelah kucoba, akhirnya akupun bisa.
Raga tak lagi berdaya. Hanya kesenangan menyelimuti semua arsa. Capek mulai menggema. Ah, sepertinya kami harus kedarat. Karena waktu pun mulai rapat.
Tak terasa, waktu sudah pukul 12:00. Waktunya Penutupan acara. Setelah penutupan acara, kami makan, mandi, dan tentu saja menerima amplop.
*****
Demikian ringkas cerita dari status "Semacam latihan militer' :3
Mei, 2013
0 komentar:
Posting Komentar