Cari Blog Ini

Sabtu, 24 Oktober 2015

Menjadi Presiden

Hari ini murid kelas III belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Tepat sekali momen nya buat Pak Kahar untuk mengajar tentang kenegaraan. Sebab, hari kemarin adalah hari pelantikan Presiden Joko Widodo.

Ardi dan teman-teman telah menunggu Pak Kahar di kelas. Tak perlu waktu lama, Guru yang mempunyai sisiran rambut belah tengah itu masuk. Ia membawa dua bingkai foto. Murid-murid memandang bingkai foto tersebut.

“Itu Pak Jokowi kan?” bisik Haerul teman sebangku Ardi.

Foto Pak Jusuf Kalla saat itu tertutup dengan foto Pak Jokowi.

“Ardi, sekarang siapkan kelas!” perintah Pak Kahar.

Ardi menyiapkan kelas dan memerintahkan teman-temannya berdiri. Setelah itu memberi salam kepada Guru. Dan kembali memerintahkan untuk duduk. Setelah duduk, dilanjutkan dengan berdoa.

“Anak-anak, sebelum kita mulai, ada yang mau bantu Bapak tidak?” tanya Pak Kahar.

“Bantu apa, Pak?” Murid-murid penasaran.

“Bantu gantikan foto ini dengan yang di atas.” Pak Kahar menunjuk foto Pak Susilo Bambang Yudhoyono dan Pak Boediono.

“Loh. Kok diganti Pak?” Seorang murid bertanya.

“Anak-anak, hari kemarin adalah hari pelantikan Pak Jokowi. Itu artinya Pak Jokowi sudah resmi jadi presiden.” Pak Kahar menjelaskan.

Murid-murid manggut-manggut. Sebagian murid ternyata belum tahu.

“Nah. Bapak tawar lagi nih, ada yang mau bantu Bapak pasang foto ini tidak?”

Mendadak semua murid ingin memasangnya. Beberapa murid bahkan telah mengerumuni Pak Kahar. Pak Kahar menyuruh mereka duduk dan menunjuk Ardi untuk memasang foto tersebut. Teman-teman langsung membantunya dengan mengangkatkan meja dan kursi agar Ardi bisa mencapainya. Diambilnya foto Pak Susilo Bambang Yudhoyono dari paku yang mengait fotonya dan diganti dengan foto Pak Jokowi. Begitupun dengan foto Pak Boediono yang diganti dengan foto Pak Jusuf Kalla.

Begitu selesai, murid-murid memandang dua tokoh tersebut. Mereka tampak gagah dengan peci dan jas hitam mereka. Foto mereka berada di atas papan tulis. Ditengah-tengah foto mereka, ada burung Garuda yang di dadanya terdapat logo pancasila.

“Pak Guru, Pak Guru…,” teriak Farhan tiba-tiba.

“Iya. Kenapa Farhan?”

“Tugas presiden itu apa sih?”

“Tugas presiden itu menyejahterakan rakyat, membantu orang miskin, dan menolong orang sakit,” jelas Pak Kahar secara umum.

“Kira-kira aku bisa jadi presiden nggak, Pak Guru?” Kali ini Afif yang bertanya.

“Ya jelas bisa. Asalkan kalian belajar dengan sungguh-sungguh”

“Meskipun dari keluarga biasa-biasa yah, Pak Guru?”

“Iya. Banyak presiden di dunia ini yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Dan salah satunya Pak Jokowi.” Pak Kahar menjelaskan panjang lebar. “Kalau begitu, Bapak mau bertanya, SIAPA YANG MAU JADI PRESIDEEEN?” lanjut Pak Kahar dengan suara yang seakan membakar semangat murid-muridnya.

“SAAYAAAA, PAAAK!” Suasana kelas menjadi riuh. Murid-murid mengacungkan jari telunjuknya sambil berdiri.

“Kalau begitu, kita belajar dulu. Bapak doakan semoga satu diantara murid Bapak bisa menjadi presiden.”

Murid-murid meng-amin-kan. Suasana kelas kembali tentang. Dalam hati murid-murid terselip kekuatan yang menyihir mereka, yakni, belajar.

Makassar, 22 Oktober 2014
Dimuat di Harian FAJAR

0 komentar:

Posting Komentar

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.