Hari
ini murid kelas III belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Tepat sekali
momen nya buat Pak Kahar untuk mengajar tentang kenegaraan. Sebab, hari kemarin
adalah hari pelantikan Presiden Joko Widodo.
Ardi
dan teman-teman telah menunggu Pak Kahar di kelas. Tak perlu waktu lama, Guru
yang mempunyai sisiran rambut belah tengah itu masuk. Ia membawa dua bingkai
foto. Murid-murid memandang bingkai foto tersebut.
“Itu
Pak Jokowi kan?” bisik Haerul teman sebangku Ardi.
Foto
Pak Jusuf Kalla saat itu tertutup dengan foto Pak Jokowi.
“Ardi,
sekarang siapkan kelas!” perintah Pak Kahar.
Ardi
menyiapkan kelas dan memerintahkan teman-temannya berdiri. Setelah itu memberi
salam kepada Guru. Dan kembali memerintahkan untuk duduk. Setelah duduk,
dilanjutkan dengan berdoa.
“Anak-anak,
sebelum kita mulai, ada yang mau bantu Bapak tidak?” tanya Pak Kahar.
“Bantu
apa, Pak?” Murid-murid penasaran.
“Bantu
gantikan foto ini dengan yang di atas.” Pak Kahar menunjuk foto Pak Susilo
Bambang Yudhoyono dan Pak Boediono.
“Loh.
Kok diganti Pak?” Seorang murid bertanya.
“Anak-anak,
hari kemarin adalah hari pelantikan Pak Jokowi. Itu artinya Pak Jokowi sudah
resmi jadi presiden.” Pak Kahar menjelaskan.
Murid-murid
manggut-manggut. Sebagian murid ternyata belum tahu.
“Nah.
Bapak tawar lagi nih, ada yang mau bantu Bapak pasang foto ini tidak?”
Mendadak
semua murid ingin memasangnya. Beberapa murid bahkan telah mengerumuni Pak
Kahar. Pak Kahar menyuruh mereka duduk dan menunjuk Ardi untuk memasang foto
tersebut. Teman-teman langsung membantunya dengan mengangkatkan meja dan kursi
agar Ardi bisa mencapainya. Diambilnya foto Pak Susilo Bambang Yudhoyono dari
paku yang mengait fotonya dan diganti dengan foto Pak Jokowi. Begitupun dengan
foto Pak Boediono yang diganti dengan foto Pak Jusuf Kalla.
Begitu
selesai, murid-murid memandang dua tokoh tersebut. Mereka tampak gagah dengan peci
dan jas hitam mereka. Foto mereka berada di atas papan tulis. Ditengah-tengah
foto mereka, ada burung Garuda yang di dadanya terdapat logo pancasila.
“Pak
Guru, Pak Guru…,” teriak Farhan tiba-tiba.
“Iya.
Kenapa Farhan?”
“Tugas
presiden itu apa sih?”
“Tugas
presiden itu menyejahterakan rakyat, membantu orang miskin, dan menolong orang
sakit,” jelas Pak Kahar secara umum.
“Kira-kira
aku bisa jadi presiden nggak, Pak Guru?” Kali ini Afif yang bertanya.
“Ya
jelas bisa. Asalkan kalian belajar dengan sungguh-sungguh”
“Meskipun
dari keluarga biasa-biasa yah, Pak Guru?”
“Iya.
Banyak presiden di dunia ini yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja.
Dan salah satunya Pak Jokowi.” Pak Kahar menjelaskan panjang lebar. “Kalau
begitu, Bapak mau bertanya, SIAPA YANG MAU JADI PRESIDEEEN?” lanjut Pak Kahar
dengan suara yang seakan membakar semangat murid-muridnya.
“SAAYAAAA,
PAAAK!” Suasana kelas menjadi riuh. Murid-murid mengacungkan jari telunjuknya
sambil berdiri.
“Kalau
begitu, kita belajar dulu. Bapak doakan semoga satu diantara murid Bapak bisa
menjadi presiden.”
Murid-murid
meng-amin-kan. Suasana kelas kembali tentang. Dalam hati murid-murid terselip
kekuatan yang menyihir mereka, yakni, belajar.
Makassar,
22 Oktober 2014
Dimuat di Harian FAJAR
0 komentar:
Posting Komentar