Cari Blog Ini

Rabu, 07 Januari 2015

Meneladani Rasulullah

Di Istana Negara Indonesia (2/1), Joko Widodo selaku Presiden Indonesia merayakan Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam kegiatan tersebut Jokowi mengajak umat Islam untuk meneladani sifat Nabi Muhammad saw. Lebih lanjut Jokowi menambahkan jika kita bisa meneladani Nabi Muhammad saw dalam gaya hidup sehari-hari kita, ia meyakini bisa menjadi Negara yang besar, makmur, dan sejahtera. (voaindonesia.com)

Keteladanan Nabi Muhammad tidak hanya diakui oleh umat Islam. Namun, diakui juga oleh para cendekiawan barat. Sebut saja Will Durant, Gustav Lebon, La Martin, Thomas Charlye dan masih banyak yang lain. Bahkan salah satu cendekiawan barat yakni Michael H Hart menempatkan Nabi Muhammad diurutan pertama sebagai 100 orang paling berpengaruh di dunia.

Michael H Hart mengatakan “Pilihan saya menempatkan Muhammad di urutan teratas dalam daftar orang-orang yang paling berpengaruh di dunia boleh jadi mengejutkan para pembaca dan dipertanyakan oleh banyak orang, tetapi dia (Muhammad) adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang sangat berhasil dalam dua tataran sekaligus, agama (ukhrawi) dan sekular (duniawi).”

Seruan Jokowi untuk meneladani Nabi Muhammad juga disampaikan Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY mengatakan, “Mari kita teladani akhlakul karimah beliau dalam kehidupan sehari-hari.” Tentu ini adalah momen yang sangat bagus. Mengingat pemimpin bahkan masyarakat masih jauh dari kepribadian Rasulullah. Hal ini ditandai dengan banyaknya kasus-kasus di televisi ataupun media online. Banyaknya pemimpin yang terlibat korupsi mulai dari lembaga tinggi negara, hingga ke lembaga yang berbasiskan agama. Amanah sebagai pemimpin dikalahkan dengan dengan uang melimpah. Ucapan yang tadinya enggan untuk korupsi hanya bertahan sekian hari. Di masa orde baru, misalnya. Banyak pemimpin yang kerap berkata untuk senantiasa menegakkan hukum. Tapi praktiknya tak jarang hukum mereka telikung dan kepentingan diri, keluarga serta kelompok yang mereka dahulukan. Tak heran muncul pertanyaan, jika performa/pemimpin kedodoran, bagaimana dengan pelajar, sosok calon pemimpin masa depan?

Perlunya contoh teladan yang baik juga merupakan salah satu gejala mengapa bangsa ini tak sehebat bangsa lain. Sebab, tiap hari para anak bangsa kita selalu disuguhi acara-acara yang tak bermutu. Paginya anak-anak disediakan menu joget-joget sambil mengumbar aurat, malamnya mencicipi adegan kisah cinta remaja dari Ganteng-Ganteng Serigala. Jadilah pribadi mereka seperti apa yang mereka idolakan dalam acara tersebut.

Teladan

Nabi Muhammad sebagai teladan yang baik (uswatun hasanah) sangat patut untuk ditiru kelakuannya. Ini terbukti dengan banyaknya ayat dan Hadits yang menggambarkan pribadi beliau. Anas ibn Malik menggambarkan akhlak Rasulullah, “Beliau sosok penyayang, tidak seorang pun datang meminta sesuatu kepadanya kecuali ia memberikan apa yang diminta kalau ada, atau minimal ia menjanjikannya.”

Bukti kasih sayangnya terhadap manusia juga dapat dilihat dari bagaimana Rasulullah mempercepat shalatnya tatkala ada makmum yang lemah, sakit ataupun memiliki keperluan. Bahkan ketika ia mendengar anak kecil yang sedang menangis.

Rasulullah juga sangat toleran terhadap agama lain. Bahkan, sampai dengan wafatnya, Nabi Muhammad saw telah melakukan interaksi intensif dengan seluruh kelompok agama (Paganis, Yahudi, Nasrani), budaya-budaya dominan, dan kekuatan-kekuatan politik terbesar ketika itu (Persia dan Romawi). Sebab, sejak awal umat Islam sudah diajarkan untuk menerima keberagaman dalam agama (Pluralitas). Bahkan, Nabi Muhammad  saw berpesan, Barangsiapa menyakiti seorang dzimmi maka sungguh ia menyakitiku, dan barangsiapa menyakitiku, berarti ia menyakiti Allah.” (HR Thabrani). Dzimmi adalah non-muslim yang hidup di negeri Islam dan dan mendapat perlindungan karena tidak memusuhi Islam 

Kepemimpinan 

Teladan Rasulullah tidak hanya mencakup aspek spiritual dan ruhaniyyah. Ia juga dikenal dengan pemimpin yang berhasil dalam mengelola pemerintahan dan Negara. Ali Akbar bin Agil dalam tulisannya ‘Seni Memimpin Ala Rasulullah’ menuliskan empat kriteria yang dimiliki oleh Nabi. 1) Siddiq yang artinya jujur. Sebab kejujuran membawa kebaikan bagi siapa saja. Utamanya dalam memimpin suatu bangsa dan masyarakat. Sebaliknya dusta melahirkan keburukan. 2) Amanah yang artinya mampu menjalankan kepercayaan yang diemban di pundak secara professional tanpa mencederai kepercayaan yang sudah diberikan. Karena sikap amanah itu, Rasulullah mendapat gelar al-Amin di belakang namanya. 3) Tabligh yang artinya menyampaikan kebenaran dan berani mengungkapkan kebatilan. 4) Fathanah yang artinya cerdas. Seorang pemimpin hendaknya berilmu. Pemimpin harus tahu bahwa setiap perintah atau arahannya tepat sasaran. Kapan salah satu diantara criteria diatas rontok, maka kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin pun ikut rontok.

Keteladanan Rasulullah juga terbukti dengan adanya kader-kader pemimpin seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, hingga masa peradaban Islam Turki Utsmani. Pemimpin sehebat mereka kabarnya tidak dapat ditemukan dalam peradaban barat. Dimana kedamaian dan ketentraman selalu hadir dalam masyarakat. Toleransi jalan begitu lancar. Bahkan di masa pemerintahan Sultan Sulaiman Agung (1520 – 1566), Yahudi hidup berdampingan dengan kaum Muslim. Seorang Yahudi Italia, David dei Rossi pada tahun 1535 mencatat kaum Yahudi di wilayah Utsmani malahan memegang posisi-posisi di pemerintahan. Sesuatu yang mustahil terjadi di Eropa.  Berkat prestasi gemilang itu jasa-jasa Islam banyak diambil Barat. Tim Wallace-Murphy dalam bukunya, What Islam Did For Us, mencatat, “Kita di barat menanggung hutang kepada dunia Islam yang tidak akan pernah lunas terbayarkan.”
         
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sebagai Negara yang mayoritas penduduknya Muslim, maka patut bagi kita untuk meneladani Rasulullah. Sebab keteladanan Rasulullah merupakan referensi yang berlaku bagi siapa saja. Keteladanannya tidak hanya berlaku di zamannya, namun sepanjang zaman. Siapa saja yang meneladaninya, pastilah baik perangainya. Allah berfirman, “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu…” (QS al-Azhab ayat 21). Maka mari kita penuhi seruan Jokowi untuk meneladani Rasulullah. Wallahu ‘Alam

Januari, 2015

0 komentar:

Posting Komentar

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.