Cari Blog Ini

Sabtu, 30 Agustus 2014

Yudisium

Panas. Begitulah kami berkeluh dalam ruangan. Tempat yang dulunya adalah tempat dimana kami bertatap muka dengan dosen penguji alias tempat ujian meja, kini berubah menjadi tempat yudisium. Suasana tak sabaran menyelimuti manusia-manusia yang elok nan gagah. Manusia-manusia berkemejakan putih dan berjaskan hitam menunggu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Pak Prof Ambo Asse.

Sambil mengisi waktu, kami melakukan banyak aktifitas. Saya, Syarif, dan salah satu anak Ekonomi Islam seolah wartawan yang ada dalam ruangan. Dengan memegang kamera Canon punya Syamsuddin, mulailah saya beraksi. Sunggingan senyum nampak pada wajah-wajah yang ingin dipotret. Beberapa orang dari dalam ruangan juga melakukan hal serupa. Mereka memotret diri mereka untuk diabadikan dalam social media atau sekedar jadi bahan privasi.




"Dayat.. disini dayat!" ucap Bau Rahma yang menunggu dipotret. Bocah yang satu ini emang gila akan kamera.

Tanpa menunggu lama (iya gak sih? hehehe), sosok yang kami tunggu pun datang. Dengan tiga orang yang mengikutinya yakni; Pak Muslimin sebagai Wakil Dekan FEBI, Pak Jamal sebagai Ketua Jurusan Akuntansi, dan Ibu Rika sebagai Sekertaris Jurusan Manajemen. Tak lupa tambahan satu fotografer, Kak Wandi. Masuknya mereka, adalah diamnya kami. Tak ada lagi selfie-selfien (entah ini bagaimana tulisannya.) 90 mata tertuju pada sosok berkacamata yang gagangnya sedikit menurun ke hidung. Konon, begitulah ciri-ciri profesor. Lah, emang iya toh. Hehehe.

Singkat ceritar, mulailah Pak Dekan menyebut nama, IPK, serta predikat kami.

"Esty Widiawati...," kata Pak Dekan. Gadis berkacamata itu berdiri sambil melukis sabit di wajahnya. "IPK sekian-sekian denga predikat sekian-sekian." Serentak riuh tepuk tangan kami haturkan. Well, sebenarnya bukan sekian yang diucapkan Pak Prof, namun karena ketidaktahuan saya akan IPK dan predikat nya, jadilah saya tulis begitu. Hehehe

Satu persatu nama kami disebut. Dan jatuhlah pada nama saya. "M. Hidayat," ujar Pak Prof. "IPK blablabla (nggak usah disebut yah), dengan IPK blablabla (nggak usah disebut juga. Hahaha.)" 

Dalam Yudisium kali ini, IPK tertinggi jatuh pada nilai 3,90 -yang sudah pasti cum laude. Mereka yang mendapat IPK tersebut, yakni; Dwi Umrayani dari Jurusan Manajemen, Marina dari Jurusan Ilmu Ekonomi, Zulfiyah dan seorang lagi -yang saya lupa siapa namanya- dari Ekonomi Islam. Selamat yah buat kalian-kalian. Buat yang belum dapat cum laude, tidaklah masalah. Yang penting udah sarjana kan? Hehehe. Menurut saya, jalan orang tidak ditentukan oleh besarnya nilai ataupun predikat dari IPK. Kan kan? Hehehe. (Jangan dihitung sudah berapa kata 'hehehe' di dalam postingan ini.)

Hampir lupa, jika ada teman yang nilai IPK nya 3,90 dan tidak ditulis, mohon dimaafkan. Hehehe. (Tuh kan, 'hehehe' lagi.)

Hal yang paling saya syukuri dalam yudisium kali ini, karena kesan dan pesan dari Pak Prof dan dosen yang lain.

"Sarjana ekonomi tidak boleh ada yang menganggur." - Pak Prof Ambo Asse.

"Saya tidak mau membahas ini (satu ayat dalam Quran) terlalu banyak. Yang pasti, Allah telah menjanjikan, jika Anda menjadi orang baik, maka yakin saja, Anda akan mendapat pasangan yang baik dan pekerjaan yang baik." Ibu Rika.

Baik. Cuman itu sepatah kata yang saya ingat dari para guru-guru. Selebihnya, bagi yang tahu silahkan isi di dalam komentar. Sudah memasuki pukul 12 lewat 15. Sudah waktunya istirahat. Selamat tidur. Semoga kita terjaga.

Muhammad Hidayat S.E #tssaahh. Adami S.E nya
Manusia yang sudah lama tidak menulis. ><

Agustus, 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.