Saya ingat betul saat orangtua saya mengetahui kalau saya sudah lulus dalam penerimaan PT Jasa Raharja. Mereka langsung memeluk saya. "Ambil saja peluang di sana," kata Ayah saya. Tak sungkan-sungkan kabar bahagia tersebut langsung muncul di grup keluarga. Cita-cita saya menjadi dosenpun saya relakan. Saya pun mengambil jalan menjadi karyawan di sebuah perusahaan.
Singkat cerita, tibalah saat di mana kami menerima pengumuman di mana kami akan ditempatkan. Doaku saat itu hanya satu. Ingin ditempatkan di tempat yang saya bisa leluasa beribadah. Saat wawancara saat itu, tiga tempat yang terjauh dan terpencil yang telah saya bilang kepada Direksi dan HRD yakni Buol, NTB, dan Papua. "Kalau sudah Papua, berarti siap ditempatkan di mana saja," canda Ibu Dewi Aryani Suzana yang saat itu masih menjadi Direktur Human Capital.
"Muh. Hidayat. Cabang Sulawesi Tengah." kata Ibu Iis, Kadiv Human Capital saat itu. Saya pun menerima surat itu. Saya lupa ekspresi saya bagaimana. Mungkin saking bingungnya saya. Kemudian posisi penempatan tersebut saya sampaikan kepada orangtua. Ayah saya yang pernah tugas di Sulawesi Tengah cuman berkata kalau tempat tersebut bagus. Sedangkan Ibu saya sempat khawatir, mengingat sebulan yang lalu Sulawesi Tengah baru saja mengalami gempa, likuifaksi, dan tsunami.
Tapi semuanya kini telah berlalu. Mari mensyukuri semuanya mengingat posisi kerja masih dekat dengan Sulawesi Selatan. Tentu ada rasa ingin pulang atau bahkan tinggal kembali di Makassar. Tapi mungkin bukan sekarang. Tiba waktunya. Setidaknya di tanah rantau ini, dengan keluarga kecilku yang sekarang, kita syukuri semua yang telah diberikan oleh-Nya.
Memang the best teman kerja satu ini..👍🏻👍🏻👍🏻 cocok jadi panutan, semuanya bisa dijalani dengan ikhlas dan bisa mensyukuri semua apa yang dijalani.. Tidak sesuai cita-cita, tapi bisa dapat sosok yang mengisi cita-citamu yat..
BalasHapusBtw terima kasih sudah subscribe yt tidak jelasku hhahaha
BalasHapussaya juga rantau dari tanah sumatera daeng, mantap menginspirasi tulisan nya
BalasHapus