Cari Blog Ini

Sabtu, 29 Februari 2020

Tentang Sulawesi Tengah; Uwentira, Kota Tak Kasat Mata

Jalanan Menuju Uwentira (sumber: boombastis)
Malam itu, sambil mencicipi ayam bakar di perempatan Jalur Dua kota Palu, entah kenapa pembahasan kami sampai pada Uwentira. Uwentira, singkatnya ialah kota tak kasat mata. Orang yang bisa melihat kota tersebut kabarnya hanya orang-orang tertentu. Memiliki indera keenam atau kekuatan batin. Nama Uwentira sendiri berasal dari kata Uventira yang bermakna air yang berwarna merah. Akan tetapi, masyarakat lebih mengenal dengan kata Wentira atau Uwentira.

Kota Uwentira berada di Kebun Kopi, sekitar 20-40km Km dari kota Palu. Sebagai orang yang baru setahun di Palu, saya hanya beberapa kali saja lewat Kebun Kopi. Itupun saat dinas. Wilayah di kebun kopi itu penuh pohon alias hutan. 

"Kota itu kayak emas," ujar teman mendeskripsikan Uwentira dari cerita-cerita terdahulu. Saya pun membayangkan Uwentira itu bagaikan negeri langit di anime One Piece. Kota penuh emas. "Penduduknya tidak mempunyai garis bibis. Mereka biasanya turun berbelanja di pasar," lanjutnya. "Tapi, jangan kamu niat mencari mereka. Kamu nggak bakalan ketemu. Tapi kalau kamu berbelanja dengan tidak ada niat, kamu akan ketemu mereka. Dan kamu tidak akan sadar." 
Karena penasaran, saya coba mencarinya lewat Google. Dan hasilnya? Sangat sedikit. Tidak ada penelitian serius dalam bentuk pdf perihal kota Uwentira. Yang kutemukan hanyalah beberapa artikel dan cerita pendek tentang kota Uwentira.

Raudal Tanjung Banua misalnya dalam cerpen 'Kota-Kota Gaib' yang diterbitkan Jawa Pos tahun 2014 mendeskripsikan Uwentira sebagai kota gaib. Bahkan dapat merubah kepribadian seseorang 180 derajat. Dari segi bangunan, gedung-gedungnya penuh dengan warna keemasan. 

"Yang menarik, lanjut Mayor, bangunan Uwentira tumbuh dengan arsitektur serupa cangkang telur, kecuali warnanya dominan kuning keemasan. Ada serupa telur ditegakkan sehingga terlihat lonjong, ada yang direbahkan sehingga tambak menggembung. Ada pula dimiringkan, mirip posisi berdiri patung Tosalagi -dalam kepercayaan orang Kaili. Pinntu dan jendela-jendelanya berderet tiap lengkungan, sehingga tak hanya untuk menerima cahaya tapi langsung mendapat curahan hujan pertama...," (hal.444)

Cerpen tersebut, setelah saya membaca habis, kutarik kesimpulan, bahwa ada jejak-jejak dari Kolonial Belanda yang sengaja disembunyikan; pembantaian pendudukan lokal misalnya (?). Ya. Setiap orang punya tafsirannya tersendiri.

Di tulisan lain, dikatakan bahwa, apabila seseorang menikah dengan penduduk Uwentira, maka ia akan menghilang dan tidak akan kembali. Ngeri juga yah? Sebab, pernah ada wanita yang berasal dari Sigi, menikah dengan penduduk Uwentira. Kabarnya lenyap dan entah ke mana. 

Memang, sangat sulit menerima apakah kota Uwentira itu benar-benar ada. Saya pribadi meyakini, bahwa hal-hal gaib tersebut memang ada. Adapun wujudnya seperti apa, itu sudah di luar kendali saya. Cerita tetaplah cerita. Dan ia akan asik jika diceritakan. Kemudian diaminkan oleh beberapa orang, disebarluaskan, dan dieksplorasi sedemikian rupa. Pertanyaan selanjutnya, apa kamu berani Yat ke Uwentira? 

0 komentar:

Posting Komentar

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.