Cari Blog Ini

Minggu, 23 Februari 2020

27 Tahun dan Cerita yang Akan Datang

Kak Hastuti, Kak Ana, Pak Naek Pasaribu, Saya, Pak Suryadi.
Kepada siapapun yang merencanakan ini, saya mau bilang 'Terima Kasih'.

Tepat 22 Februari 2020, Tuhan mengganjilkan umurku. 27 Tahun. Ia memberiku lembaran waktu yang siap kutulis kelak. Saya kurang tahu, apakah lembaran itu sampai pada 22 Februari 2021. Ataukah kurang dari itu. Apapun itu, saya kudu banyak bersyukur. karena Allah masih menitipkan saya waktu yang dapat kutulis dengan cerita terbaik dengan perilaku yang baik.

Konon, setiap tahun kita kudu punya pencapaian setiap tahunnya. Setelah memasuki 27 tahun, saya harus lebih dewasa. Kadang gak kebayang juga, udah 27 tahun aja. Nggak lama lagi kepala tiga. Dan di usia-usia ini, kalian tentu tahulah apa pertanyaan yang sering muncul. "Udah, nikah aja, Yat! Saya dulu nikahnya umur 27," ujar seorang teman. Seperti biasa, saya cuman tersenyum. Saat ini, pikiran tentang menikah tentu saja ada. Bahkan target nikah itu umur 27 tahun sebenarnya. Perihal siapa dia yang bakal jadi pendamping itu aku nggak tahu. Saat ini, kalaupun saya udah deket sama seseorang, tentu kudu saya seriusin dengan melanjutkan ke pelaminan. Pertanyaannya, "Emang udah ada, Yat?" Hahaha

Di dunia karir, hmmm, gimana yah. Saat ini saya bekerja di perusahaan yang status kepegawaian tetap saya belum jelas. Mengingat saya belum lulus pada satu mata kuliah perusahaan di Biro Hukum dan Kepatuhan. Satu kelas, kami berempat kagak lulus. Kudu ikut ujian lanjutan yang harapannya tentu saja lulus. Mengingat, pada saat penandatangan perjanjian, kalau gak lulus dua kali, perusahaan mau tidak mau, memberhentikan kita. Hiks. Sedih banget yak kalau itu terjadi. 

Aku pernah curhat ini ke teman. "Belum pasti kepegawaian tetapku di sini." kataku. "Edd, satu ji yang pasti itu. Kematian ji." jawabnya lewat telepon. Saya pun beristigfar, sambil berdoa agar bisa lulus. Kalian tahu, pengumuman ini orangtuaku nggak tahu loh. Bisa berabe ane kalau mereka tahu dan tentu saja mereka pasti sangat sedih. Orangtuaku kadang puji-puji aku bahkan ceritain ke kerabat kalau anaknya udah kerja. Bikin malu-malu katanya kalau anak nggak kerja. Hmm. Semoga tahun ini saya bisa lulus aja dulu. 

Target-target lain yang ingin kucapai yakni hafalan quran saya meningkat. Meski harus kuakui, saya tak seserius dulu menghafal quran. Tak sebanyak dan seserius dulu amalannya. Aku bahkan pernah telat banget salat isya. Udah mau subuh. Pas jam empatan itu aku baru ingat. Soalnya ketiduran. Lupa. Pas langsung ingat, saya buru-buru ambil air wudhu. Langsung salat dan menangis. Saya sedih banget saat itu. Saya taubat. Saya berjanji tidak mengulanginya lagi. "Jika salat awal waktu saja, amal kita belum tentu diterima. Apalagi yang telat kayak gini?" Pikirku. Sedih pokoknya aku.

Pada lembaran selanjutnya, saya berharap bisa lebih baik lagi. Bisa berkontribusi lebih untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, perusahaan, bahkan negara. Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat. Semoga kisah yang kutulis kelak bisa membuat Tuhan tersenyum.

0 komentar:

Posting Komentar

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.