Hari ini, saya membaca buku karya Dion Yulianto “Asyiknya
Jadi Orang Gajian; Nggak Kerja Nggak Hore”. Memang. Setelah memasuki dunia
perkantoran, ritme bacaan saya berubah. Tangga nada yang tadinya kebanyakan
buku sastra atau buku pemikiran, kini menjelma not yang dentingnya karir,
karyawan, dan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Saya memang belum membaca habis buku tersebut. Tapi, di 50
halaman awal buku tersebut setidaknya bisa ditarik kesimpulan; mari mencintai
pekerjaan kita. Ada satu kutipan yang saya sukai. Bahwa, cintailah pekerjaan
kita. Jika pun (pekerjaan) tidak membuat kita kaya, maka dia yang membuat kita
tetap hidup.
Kamu boleh setuju atau tidak. Tapi saya mengamini kutipan
tersebut. Kerja –apalagi bagi kami yang lelaki- adalah keharusan. Ia seperti
urat nadi kehidupan. Kapan kita tidak bekerja, maka derajat kehormatan kita
merendah. Pekerjaan yang kita pilih itulah yang membuat kita hidup hingga saat ini. Oleh karenanya bersyukurlah karena telah memiliki pekerjaan.
Mari menikmati berkas yang kita kerjakan di kantor. Mari
menikmati dering telepon dari client yang tak kunjung habis. Mari menikmati
setiap perintah dari atasan. Meminjam istilah dari Twitter, lebih baik capek
karena pekerjaan, dari pada capek nyari pekerjaan.
Apa yang telah diamanahkan kepada kita, maka kerjakan
sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Jangan mengeluh. Tetaplah tampilkan
sabit di wajahmu sekalipun hatimu kelabu.
Kita adalah sutradara bagi kehidupan kita. Dan kita telah
memilih peran sebagai karyawan dengan rutinitas yang sama setiap harinya. Maka
tetaplah semangat.
0 komentar:
Posting Komentar