Cari Blog Ini

Kamis, 15 September 2016

Hijab Hati


Judul : Hijab Hati
Penulis : Nur Inayah dan Fitrawan Umar
Penerbit : Quanta
Jumlah Halaman : 192
ISBN : 9786020287898

Setiap episode kehidupan yang kita jalani, tentu saja tidak lepas dari yang namanya masalah. Ia datang tanpa pernah kita undang. Namun, sejauh mana kita melihat masalah tersebut, ia tergantung dari suasana hati kita. Mereka yang hatinya baik akan melihat masalah tersebut sebagai tangga menuju kedewasaan. Sebaliknya, mereka yang hatinya kotor akan melihat masalah sebagai momok kehancuran. 

Buku Hijab Hati karya Nur Inayah dan Fitrawan Umar ini memberikan perlindungan tersendiri agar terhindar dari duri yang bernama resah, gelisah, iri, sombong dan berbagai penyakit hati lainnya. Dengan tebal 177 halaman, buku ini menawarkan renungan-renungan yang membuat kita menjadi pribadi lebih baik. Bahwa, setiap perjalanan hidup, kita harus tetap sabar kala ditimpa masalah, dan bersyukur ketika tercapai segalanya. Serta senantiasa berbuat baik pada sesama.

Di awal-awal tulisan, Inayah Fitrawan banyak mengungkit tentang cinta. Pembaca diingatkan bahwa sebaik-baik cinta yakni kepada Allah. Adapun mereka yang menuhankan cinta perlu waspada. Karena menuhankan cinta sungguh besar dosanya. Selain menyakiti diri sendiri, juga ‘menyakiti’ Allah. Padahal, Allah tahu,  siapa yang pantas dan tidak pantas untuk mendampingi hidup kita, mendampingi hati kita yang permata. Jika kita pantas, Allah akan memberikan tidak sekadar baik, tetapi yang terbaik (hlm. 10).

Pun, jika kita mencintai seseorang, maka ikatlah dengan tali pernikahan. Bahwa, tidak ada sesuatu yang tepat bagi orang-orang yang jatuh cinta selain menikah. Menikah bukan saja untuk memiliki cinta seutuhnya, melainkan juga untuk membuktikan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Menikah berarti usaha yang sungguh-sungguh untuk menutup celah masuknya godaan-godaan maksiat dari setan (hlm. 70).

Jika belum ingin menikah, keberanian itu terpaksa harus dialihkan ke keberanian untuk menjaga hati, menjaga pandangan, menjaga aliran darah yang menghangat bila berdekatan dengan lawan jenis, menjaga kesabaran, dan puas. Sebab, betapapun, keberanian dan kekuatan kita tak berdaya di hadapan godaan cinta (hlm. 71).

Hati yang penuh cinta, tak selamanya ditujukan kepada seseorang. Melainkan kepada diri sendiri. Cinta pada diri sendiri akan bermetamorfosa menjadi kebaikan-kebaikan yang dirasakan oleh orang lain. Setiap tingkah laku kita menjelma manfaat di sekeliling kita. Inilah yang diistilahkan oleh Inayah Fitrawan sebagai Viral Kebaikan. Kebaikan yang kita lakukan dapat menular kepada orang lain. Orang lain mencontohi kebaikan kita dan seterusnya dicontohi oleh orang lain lagi (hlm. 111).

Ketika kita menanam pundi-pundi kebaikan, maka pahala pun mengalir kepada kita. Dan karena bersifat viral, maka pahala kita menjadi berlipat-lipat banyaknya. Betapapun, jika kita berbuat baik, maka pada dasarnya kita berbuat baik kepada diri sendiri. Kita sudah menyelamatkan diri kita dari perangkap ego. Kita sudah mengusir anasir jahat dalam hati sehingga menjadi tenang, terang, dan lapang. Kita sudah mensyukuri karunia Allah, dan membuktikan ketaatan kepada-Nya (hlm. 121.)

Kebaikan yang kita lakukan adakalanya juga menjadi sia-sia apabila niatnya hanya ingin mendapat pujian orang. Diperlukan keikhlasan agar setiap amalan kita bernilai oleh-Nya. Keikhlasan akan meluruskan pikiran dan menjernihkan akal, sehingga apapun yang kita lakukan, semua akan berjalan sebagaimana mestinya (hlm. 135).

Pemimpin-pemimpin agung di dunia ini selalu menunjukkan spirit keikhlasan dalam melakukan aktivitas kepemimpinannya. Mereka tidak menuntut apa-apa dari orang lain. Tidak pujian, tidak juga harta. Sebab apa yang mereka lakukan semata-mata untuk kebaikan yang ditujukan pada Allah (hlm. 136).

Di era teknologi zaman sekarang ini, buku ini dirasa perlu. Apalagi dalam berita-berita yang termuat di media kebanyakan remaja-remaja yang putus asa. Rata-rata mereka hidup tanpa tujuan. Agama dilalaikan. Alhasil, pribadi yang muncul adalah pribadi yang congkak, pengeluh, sombong, dan linglung. Kehadiran buku ini sangat cocok buat para pemuda yang sedang mencari jati diri dan belum menemukan makna kehidupan. Renungan dalam buku ini diharapkan dapat menuntun kita ke jalan yang lebih baik. Menjadi pribadi yang senantiasa berakhlak dan selalu bersyukur. Selamat membaca!

0 komentar:

Posting Komentar

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.