Cari Blog Ini

Rabu, 09 Maret 2016

Pagi, Sebelum Gerhana Matahari

Setelah sholat subuh tadi, saya duduk di ruang tamu. Liga Champions tak lagi kuikuti. Sudah bisa ditebak siapa pemenangnya. Namun, entah kenapa saya tiba-tiba tertidur. Dalam tidurku, saya memimpikan sesuatu. Begitu singkat. Tapi masih teringat di kepala saya bagaimana peristiwa yang saya alami.

Saya menuju ruang tidur. Memandang sesuatu di langit lewat jendela. Terdapat cahaya bulat yang sangat besar. Putih. Ia menutupi seperempat bumi. Tapi, beberapa detik kemudian, muncul bulatan merah lagi yang sangat besar. Bulatan itu seperti perumpamaan matahari yang biasa dilihat di televisi atau internet.


Mendadak bumi bergerak. Saya jatuh. Seakan tidak ada lagi gravitasi. Saya tidak berpijak lagi di bumi. Tapi meluncur ke arah matahari . Semacam berada di luar angkasa, saya dikelilingi oleh batu-batuan yang menyerupai meteor. Semakin kencang saya meluncur, saya semakin takut. Matahari itu semakin dekat. Bara api nya begitu dahsyat. Istigfar tak pernah alfa dari mulut saya. Saya menutup mata. Dan akhirnya terbangun dengan keadaan masih beristigfar.

Tanpa perlu lama-lama, saya bergegas mandi. Guna berkumpul untuk Sholat Gerhana di Markaz Imam Malik, Mesjid Nurul Hikmah. Dan entah kenapa, mimpi itu masih terngiang-ngiang. Mengingatkan akan panasnya neraka. Astagfirullah.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa orang yang dzalim ini.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Muh. Hidayat. Diberdayakan oleh Blogger.