Tapi saya tidak ingin membahas hari Senin. Saya ingin membahas tentang video yang sedang viral tentang dunia kerja. Mungkin kalian juga pernah menontonnya. Dalam video tersebut, seorang bos menasehati karyawannya. Nasihatnya kurang lebih begini, "Keluarga kalian itu di kantor. Kalian pulang ke rumah ketemu anak istri cuman 1-3 jam. Sebagian hidup kalian itu di kantor. Jadi kita harus buat kantor ini nyaman. Kalau ada senior yang tidak membuat kalian nyaman, seniornya saya pecat."
Sekilas terdengar 'Wow'. Tapi sedikit manipulatif kalau tidak dicerna baik-baik. Pernyataan serupa pernah diutarakan pimpinan saya. Intinya, keluarga di dasarkan dengan intensitas pertemuan. Bahkan dia dengan bangganya menyampaikan lamanya tidak bertemu keluarga. Keluarga dalam pengertiannya yakni sekelompok orang yang kita habiskan waktu bersama. Hidup adalah ngantor..
Berbicara tentang keluarga dan kerja, kita mengenal kata Work-Life Balanca. Tapi saya lebih senang dengan apa yang dituliskan Fauziah Zulfitri dalam tulisannya 'Work-Life Harmony'. Menurutnya, "Work-life harmony adalah tentang alignment, interconnection - tidak memisahkannya tapi menikmatinya sebagai bagian dari perjalanan keseharian kita, tanpa beban dikeduanya. Bagaikan menyatukan kepingan potongan puzzle untuk menemukan satu keindahan."
Dalam arti, kita tidak harus merasa bersalah dengan pencapaian kerja kita yang tidak sempurna. Yang terpenting yakni berusaha sebaik mungkin dengan peran kita. Baik itu sebagai seorang orangtua/pasangan juga sebagai karyawan ketika kita bekerja. Mewajibkan kata 'harus' sama dengan membangun kelelahan kita sendiri ketika kinerja kita tak tercapai. Fokus kepada hal yang penting dengan menetapkan tujuan awal atau niat kita. Tentukan prioritas.
Dalam kutipannya, Jeff Bezos berkata, "If I am happy at work, I am better at home - a better husband and a better father. And if I am happy at home, I come to work more energized - a better employee and a better colleague." Itu artinya, keluarga merupakan energi kita bekerja.
Kalian boleh setuju atau tidak, tapi saya setuju dengan ucapan seorang netizen yang mengatakan, kalau orang yang hobi bilang kantor adalah keluarga, maka dipastikan kehidupan non-kantornya hampa. Akhirnya yang mereka lakukan yakni mencari pelarian kesenangan sesaat. Ingat kasus Bos Taspen yang kedapatan selingkuh? Ya. Itu salah satu contohnya. Kesenangan sesaat.
Saya pun yakin, mereka yang bilang kantor adalah keluarga tidak bakal menolong bawahannya kalau misalnya ada temuan audit internal atau eksternal. Yang disalahkan pasti bawahannya. Mereka tidak berani untuk pasang badan dengan temuan itu dan siap salah.
Akhir kata, mari tentukan prioritas kita. Kerahkan energi terbaik kita pada setiap peran.
0 komentar:
Posting Komentar