Ngomong-ngomong perihal tahun 2020, menjelang magrib di tanggal 31 Desember, saya sempat mengikuti bedah buku seorang teman via zoom. Saya mengikutinya hanya selang beberapa menit saja. Sebab waktu zoom pemateri di New Zealend dan waktu di Indonesia Tengah mengharuskan saya untuk menunaikan kewajiban. Tapi ada pesan mendalam dari pemateri saat itu, Kang Irfan Hidayatullah, saat membicarakan tahun 2020. Menurutnya, tahun 2020 adalah tahun pendewasaan. Justru saat adanya pandemi ini lah kedewasaan kita diuji. Saya mengaminkan perkataannya.
Saya termasuk banyak belajar dari 2020. Apa yang kita sebut menjaga jarak rupanya dalam beberapa konteks juga mempunyai makna mendekatkan jarak. Bahkan lebih dari itu, justru lebih dekat dan sangat dekat. Dengan pandemi, ada yang semakin intens dengan sahabat, keluarga, dan Tuhan. Adanya keluarga yang saling menguatkan karena ekonomi, dan banyaknya donasi untuk orang-orang yang membutuhkan adalah sedikit contoh kedekatan jarak tersebut.
Sayangnya kedekatan jarak tak selalu mengarah ke perbuatan baik. Seperti yang saya alami. Dalam suatu waktu, saya merasa jarak futur dengan diri saya begitu dekat. Iman saya naik turun. Makin jauh dari Allah sama halnya makin dekat ke dosa bukan? Tersebab pandemi, tak ada lagi duduk melingkar sambil membahas ayat alquran dan hadist Nabi. Mungkin kita bisa berkilah. "Kan ada zoom?." Tapi tetap saja saja, nuansa dan keberkahan bertemu langsung berbeda. Tak ada lagi yang mengingatkan seorang Dayat sekali sepekan. Saya rindu hal itu.
Terlepas dari itu, saya harus mengakui bahwa 2020 mengajarkan banyak hal. Saya mensyukuri setiap kejadian yang terjadi sambil belajar sebagai bekal di tahun-tahun berikutnya.
Untuk tahun 2021, sekali lagi, selamat datang.
Semoga lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar