Nama Helvy Tiana Rosa
dalam dunia literasi mungkin tidak asing lagi di Indonesia. Namun, bagaimana
dalam dunia perfilman?
Film Ketika Mas Gagah
Pergi, sebagai awal menapaki jalan perfilman, mungkin membuat sebagian orang
bertanya-tanya. “Orang baru di dunia film, tapi filmnya udah banyak yang
nonton. Sebagus apa sih filmnya?”
Jika ada yang bertanya
demikian, segeralah tuntaskan penasaran-penasaran itu. Sebab, kalau tidak
bagus, tidak mungkin saya menonton dua kali. Film ini sarat akan nilai. Ia
bagaikan hujan yang jatuh pada kegersangan tanah. Bagai pohon mangrove yang
menahan ombak. Ia mengokohkan keimanan, membangkitkan hati nurani, dan
menyadarkan kita akan pentingnya dakwah.
Maka sebagaimana
bukunya yang membuat mata saya berkaca-kaca, filmnya pun demikian. Tokoh Gita,
Gagah, dan Yudi begitu komplit memainkan adegan. Tak salah Bunda Helvy Tiana
Rosa memilih mereka.
Film ini menceritakan
tentang hijrahnya seorang Mas Gagah. Namun, perpindahannya menuju Islam yang
lebih baik menuai kekecewaan pada adiknya, Gita. Mas Gagah benar-benar berubah.
Mas Gagah sekarang tidak asik. Gita sangat kesal. Tidak ada lagi antar-jemput. Tidak
ada lagi music rock. Yang ada ialah perseteruan hingga tiap hari. Hubungan Gita
dan Mas Gagah tidak lagi harmonis. Mas Gagah makin lebay, sok suci, dan
sedikit-sedikit ceramah. Gita benci hal tersebut.
Tetapi, perseteruan itu
lah yang membuat saya terharu lagi menitikkan air mata. Terlebih ketika mereka
pulang dari pesta pernikahan. Gita sampai mengungkapkan kebenciannya. Bahwa
hijrahnya Mas Gagah mengingatkan saya akan ceramah Ust. Salim A Fillah. Tentang
mereka yang memperoleh jalan yang sirotal
mustaqim itu tidak benar-benar lurus. Namun, mereka akan ditimpah musibah.
Sebagaimana para Nabi dan Sahabat, mereka akan mendapat cerca. Baik dari orang
yang tidak kita kenal, bahkan orang yang sangat kita sayangi. Mas Gagah yang
mendapat hidayah, musibahnya ialah
orang yang sedari kecil selalu bersama. Sungguh berat menjadi Mas Gagah.
Sungguh tak mudah jalan orang yang mendapat hidayah.
Sumber: bintang.com |
Pernah saya mendengar,
kemuliaan di sisi Allah setelah hidayah, ialah berdakwah. Menyampaikan
kebenaran. Di era milenium sekarang ini, ingin sekali rasanya berjumpa dengan
tokoh Yudi. Yudi, sang pendakwah juga dermawan. Ia membantu orang-orang yang
terkena musibah. Non muslim sekalipun. Ia berdakwah dari bus ke bus tanpa
meminta bayaran. Tokoh Yudi ini begitu mengagumkan karena istiqomah dan
santunnya. Tapi juga mengkerdilkan saya. Saya malu dengan tokoh Yudi. Saya tak
tahu harus mengatakan apa jika mulut, kaki, dan tangan saya dimintai
pertanggungjawaban. Adakah ia digunakan di jalan Allah? Ya Rabbana, Subhanaka inni kuntu minadzolimin. Sungguh hamba ini
benar-benar zalim.
Kekurangan dari film
ini tentu saja ada. Dari awal melihat trailer Ketika Mas Gagah Pergi, saya dan
teman-teman mengkritik jenggotnya yang sangat kelihatan ditempel. Jenggotnya
tidak kelihatan alami.
Adegan lain yang
membuat saya mengernyitkan dahi ialah saat Mas Gagah menelepon Kyai dan dilihat
oleh Gita. Ini agak tidak konsisten dengan perkataan Mas Gagah ketika pergi ke
Ternate. Sebab, bukannya di daerah pedalaman tidak ada sinyal?
Terlepas dari itu, saya
merekomendasikan film ini buat seluruh warga Indonesia. Film ini benar-benar
film yang sangat menginspirasi. Mendidik. Banyak kutipan-kutipan yang bisa kamu
bawa pulang. Sebut saja, “Jika ada kebaikan yang belum kamu mengerti, cobalah
untuk menghargainya.”
Film ini, juga bisa menjadi
sarana hidayah bagi siapa saja. Terbayang jika kamu mengajak seseorang dan ia
mendapat hidayah karena film ini. Mungkin pahalanya akan mengalir juga ke kita.
Sumber : disini |
Hiburan di beberapa
bagian dijamin akan membuatmu tertawa. Banyak tokoh atau artis terkenal yang
main dalam film ini. Sebut saja Wulan Guritno, Shireen Sungkar, dan beberapa
tokoh lainnya. Tokoh Abdur dari Stand Up Comedy pun turut hadir.
Selamat menonton dan mari
menantikan Ketika Mas Gagah Pergi 2! Karena bukan hanya saya yang penasaran, kamu juga kan? :D
#NontonKMGP #FilmKeren #KMGP #KMGPTheMovie
Ketika Mas Dayat Pergi Bioskop |
0 komentar:
Posting Komentar